Contoh Perjanjian Bisnis

1. Dengan ini saya menyatakan bahwa saya sudah berusia 18 tahun.
2. Dengan ini saya menyatakan permohonan untuk menjadi Distributor mandiri dari produk PT. Jhon Doe Saya memahami bahwa permohonan saya tidak berarti saya menjadi karyawan atau wakil sah dari PT. Jhon Doe atau memberi saya kekuasaan untuk berbicara mewakili PT. Jhon Doe atau terikat kontrak pada PT. Jhon Doe atau sponsor saya.
3. Sebagai Distributor mandiri, saya pribadi akan bertanggung jawab atas pembayaran pajak dan pengurusan surat izin yang diperlukan.
4. Saya tidak mengajukan tuntutan, membuat pernyataan atau mewakili PT. Jhon Doe atau produknya kecuali terlebih dahulu disetujui oleh PT. Jhon Doe ecara resmi dan tertulis.
5. Saya setuju untuk mematuhi Marketing Plan PT. Jhon Doe, kode etik, peraturan dan undang-undang yang diterbitkan oleh PT. Jhon Doe
6. Saya bersedia memberikan ganti rugi kepadaPT. Jhon Doe atas segala kerugian akibat tuntutan, pernyataan, perwakilan yang dibuat oleh saya tanpa melaui persetujuan PT. Jhon Doe
7. Saya memahami bahwa PT. Jhon Doe berhak mencabut hak Distributor saya jika saya ditemukan melanggar syarat-syarat, peraturan, hukum.
8. Saya memahami bahwa biaya yang harus dikeluarkan untuk menjadi Distributor PT. Jhon Doe adalah untuk membeli Stater Kit yang dijual oleh PT. Jhon Doe
9. Saya dengan ini memahami bahwa selama berlakunya perjanjian ini saya tidak diperbolehkan untuk mengundang, mendorong atau berusaha
membujuk Distributor PT. Jhon Doe lain untuk mengikuti atau bergabung dengan perusahan Multi Level Marketing (MLM) lainnya atau perusahan yang memasarkan rangkaian produk-produk Distributor PT. Jhon Doe, apabila saya / kami ternyata terlibat, berpartisipasi dan / atau bergerak dalam kegiatan pengelolaan bertingkat yang lain dengan cara apapun selama berlakunya perjanjian ini,PT. Jhon Doe akan segera menghentikan keanggotaan saya sebagai distributor.
10. Saya setuju dan paham bahwa PT. Jhon Doe berhak membuata pembetulan, penyesuaian, menambah, menghapus atau mengganti semua atau sebagian klausul, syarat dan peraturan yang tertulis dalam perjanjian ini.
11. Permohonan ini berarti telah diterima oleh PT. Jhon Doe saat permohonan menerima surat penerimaan dari PT. Jhon Doe
12. Seandainya ada ketidaksesuaian antara versi Bahasa Indonesia mengenai syarat dan peraturan perjanjian ini, maka versi Bahasa Inggris akan diutamakan.

Tebak - tebakan lucu

Apa beda Megi Z sama tukang sayur?
kalo Megi Z teriak 'teganya-teganya', kalo tukang sayur 'togenya-togenya'

kenapa di komputer ada tulisan ENTER?
karena kalo tulisannya ENTAR, programnya 'ngga jalan-jalan, dong.....

kenapa gorila lubang hidungnya besar?
karena jari-jarinya juga besar, biar pas buat ngupil

siapa nama orang Bali yang hobi travelling?
Made (Made in Japan , Made in China , Made in Thailand )

siapa wanita paling kuat sedunia?
Nyonya Meneer, berdiri sejak 1812

apa beda onta dan kangkung?
kalo onta di arab, kalo kangkung di urap

apa persamaan KTP dan telor asin?
sama-sama di cap stempel

apa bukti wortel baik untuk kesehatan mata?
pernah liat kelinci pake kacamata?

apa bahasa Indianya bumbu dapur?
tumbar miri jahe

binatang apa yang warnanya hitam-putih-merah?
zebra masuk angin abis dikerokin

nenek siapa yang jalannya loncat-loncat?
neneknya kodok, neneknya kangguru, neneknya kelinci.....

kenapa air laut asin?
karena ikannya pada keringetan

mangga apa yang mengerikan?
MANGGAruk-garuk pantat singa

profesi apa yang 'ngga perlu sekolah?
wasit tinju, cuman ngitung dari 1 sampe 10 doang

mengapa dalam bahasa Inggris wanita disebut WOMAN?
karena saat Adam melihat perempuan pertama kali, yaitu Hawa,
ia berkata : "Wou.......man.......!!!

ikan apa yang matanya banyak?
ikan teri sekilo

kentutnya Ade Ray bunyinya gimana?
brotot.......brotot.......brotot.......

kunci apa yang bisa bikin orang joget?
KUNCI-KUNCI HOTA HE

siapa nama orang Jepang yang lahir di puncak Gunung Merapi saat gunung
meletus?
Kurasa Takada

apa yang bunyinya Bak! Buk! Bak! Buk! Dor! Dor! Dor?
tukang balon lagi berantem

hantu apa yang pinter ngitung?
han, tu, tri, four, five........

ayam apa yang paling kejam?
ayam bakar wong Solo

Anak Autisme Juga (Bisa) Pintar!

Jangan dikira penyandang autisme identik dengan bodoh. Memang, diakui DR. Rudy Sutadi, DSA, sekitar 70 persen penderitanya dinyatakan mengalami retardasi mental. "Penyebabnya bisa berbagai hal. Yang jelas, bila anak autisme tak ditangani, ya, bisa dikatakan termasuk retardasi mental. Karena kriteria IQ-nya di bawah 75."

Tapi jika penyandang autisme ditatalaksana dengan intensif dan baik, maka banyak juga yang ber-IQ tinggi. "Ada yang IQ-nya 120-130. Bahkan 150." Jadi, si anak sebenarnya berpotensi IQ tinggi. Hanya saja sebelum ditatalaksana IQ-nya itu tak terukur. Setelah ditatalaksana barulah diketahui kalau IQ-nya ternyata tinggi. Kelak di kemudian hari mereka bisa menjadi seorang yang ahli di bidangnya. Contoh, pelukis Van Gogh dan Leonardo Da Vinci. Riwayat hidup mereka diperkirakan autistik.

Lain halnya bila si penyandang autisme tak ditangani, mungkin ada beberapa gejala yang berkurang. Namun ada pula yang gejalanya menetap, menghebat, atau malah yang tadinya tak ada jadi muncul. Pada prinsipnya, tandas Rudy, penyandang autisme yang tak ditatalaksana dengan baik tetaplah autisme. "Salah jika orang tua mengharapkan anaknya bisa 'sembuh' dengan bertambah umurnya. Justru akan lebih bertambah besar gap-nya kalau dilihat dari grafik perkembangannya. Mungkin beberapa bulan tak terlihat tapi lama-lama makin terlihat."

Betapa pentingnya tatalaksana yang baik dan komprehensif. Padahal bagi keluarga berpenghasilan terbatas yang anggota keluarganya menyandang autisme sangat berat untuk bisa terus ditangani. Miris sekali mendengarnya.



wedeberjibaku 010708

MATAHARI DI DALAM DIRI



Posted by Gede Prama on 2008-04-03 , http://www.iloveblue.com/

Hidup penuh dengan jejak kaki. Demikian sejarah pernah bertutur pada manusia. Sayangnya, logika dan kata-kata manusia tidak dan tidak akan pernah bisa memotret jejak-jejak kaki tadi sebagaimana adanya. Logika dan kata-kata, di satu sisi memang jembatannya pemahaman, di lain sisi ia juga suka memperkosa. Karena pemerkosaan jenis terakhir inilah, kemudian pengetahuan manusia manapun jadi tidak sempurna. Di tangan manusia-manusia yang digiring kepintaran, ketidaksempurnaan terakhir kemudian menjadi bahan wacana. Ada juga yang membuatnya sebagai sarana tawar menawar kepentingan, alat untuk melakukan penyerangan, bahan-bahan untuk memamerkan kehebatan. Ada yang bertanya, tidakkah ini hanya bunga-bunga kehidupan yang membuat semuanya jadi kaya warna?

Di tangan manusia-manusia bijaksana nasib ketidaksempurnaan pengetahuan manusia lain lagi. Bagi mereka, ketidaksempurnaan ada untuk mengajarkan kesempurnaan pada manusia. Ada juga yang menyebutkan, kalau hidup ditujukan justru untuk melengkapi sisi-sisi pemahaman yang belum sempurna. Bagi pejalan-pejalan kaki di jalan jiwa lain lagi. Ketidaksempurnaan ada untuk menjadi lahan-lahan latihan jiwa. Bukankah setelah tertabrak berbagai karang kehidupan, jatuh dalam banyak jurang kehidupan, kemudian jiwa bisa pulang dengan tenang?

Ah entahlah, pejalan-pejalan kaki di jalan kejernihan memang hanya boleh bertanya. Jawaban memang senantiasa diserahkan kepada mereka yang mendengar ketika pertanyaan dilontarkan. Tidak semua suka tentu saja. Dan itupun tidak apa-apa. Yang jelas, apapun pertanyaannya, apapun jawabannya, siapapun yang bertanya, siapapun yang menjawab, ada sebuah gejala yang terus menerus berjalan : waktu! Seperti jarum jam di dinding, berjalan, berjalan dan berjalan. Kadang ia berhenti karena baterrynya mati, cuman waktu yang ia wakili tidak membutuhkan battery dan tenaga manapun. Ia adalah tenaga itu sendiri, ia adalah gerakan itu sendiri, ia adalah hidup itu sendiri.

Sebagai manusia biasa, kita kerap baru tersadar, kadang malah terkejut, ketika melihat putera-puteri di rumah sudah besar. Tatkala merasakan badan tidak lagi sekuat dulu. Mana kala melihat orang-orang yang lebih muda dipanggil yang kuasa. Logika dan kata-kata manusiapun memberikan judul : tua. Dan judul terakhirpun tidak sama pemahamannya. Ada yang mengkaitkannya dengan badan yang berbau tanah. Ada yang menyebutnya dengan masa-masa panen dalam hidup. Ada juga yang meletakkannya sebagai waktu membalas dendam perhatian ke anak cucu.

Dan tentu saja, terserah sepenuhnya pada pribadi masing-masing. Yang jelas, ada yang mengkaitkan umur tua dengan perlambang alam yang bernama matahari. Bagi yang melihat beban kehidupan sebagai serangkaian hal yang memberatkan, tua adalah tanda-tanda matahari mau tenggelam. Bagi sahabat yang melihat beban sebagai vitamin-vitamin yang memperkuat, tua adalah awal terbitnya matahari di dalam diri. Ada yang bertanya, matahari apa yang terbit di dalam diri?

Inilah keterbatasan pemahaman melalui kata-kata dan logika. Pertama, semua hal ditanyakan dan mau dipahami dulu, baru kemudian bergerak dan berjalan untuk menggali. Seolah-olah tanpa bertanya dan paham manusia akan masuk jurang. Kedua, setiap pencaharian yang boros logika dan kata-kata, membuat pencaharian berjalan keluar. Kemudian mengabaikan sumur tanpa dasar yang ada di dalam. Ketiga, begitu sebuah pemahaman terpetakan oleh logika dan kata-kata, manusia terpental jauh dari dirinya sendiri.

Diterangi cahaya pemahaman seperti ini, ada seorang sahabat pernah berbisik. Kadang, ada saatnya perjalanan pemahaman mirip dengan seorang anak yang baru bisa belajar bicara, kemudian bertanya pada mamanya: mana papa? Dan begitu telunjuk mama menunjuk ke seorang lelaki, setiap bayi langsung mempercayainya. Dan seumur hidup menyebut lelaki tadi dengan sebutan papa. Jarang sekali terjadi ? atau mungkin malah tidak pernah ? begitu mamanya menunjuk seorang lelaki, kemudian anak bertanya ulang : itu papa atau teman selingkuh?

Bagi sahabat yang diperkuda kepintaran, mungkin cara seperti ini disebut dengan kebodohan dan ketololan. Cuman pada kehidupan manapun yang menyelami lapisan-lapisan keihklasan secara mengagumkan, dan kemudian berpelukan dengan kehidupan secara penuh penerimaan, inilah awal terbitnya matahari di dalam diri. Tidak ada pertanyaan di sana, apa lagi penolakan. Sebutan pintar dan hebat tidak lagi menggoda. Kaya dan terkemuka, juga serupa. Dikasih terimakasih, tidak dikasih juga terimakasih. Seorang pejalan kaki di jalan ini pernah berucap, ketika penafsiran kita tentang semesta berhenti, kejernihan yang mendalam jadi terbuka. Kejernihan itu meliputi segala waktu, tempat dan perubahan.

Pejalan kaki yang lain berucap pelan, pelepasan adalah jantung kehidupan. Tatkala manusia sudah terlepas dari harapan, pendapat dan apalagi ketakutan, ia memasuki wilayah-wilayah kebebasan yang berkelimpahan. Dalam bahasa lain, ada yang berbisik, seluruh hidup adalah proses pelepasan. Ketika manusia mengalami pelepasan, bukahkah muncul great sun of wisdom dari dalam dirinya? Ada juga yang ragu-ragu dan bertanya, apa yang tersisa dalam kehidupan pasca pelepasan ?

Yang tersisa di sana hanya satu : kerja, kerja dan kerja. Bedanya dengan kerja orang kebanyakan, bukankah kerja adalah bentuk cinta yang paling nyata? Bukankah melalui kerja Tuhan menjadi nyata? Selamat tahun baru 2004!

PENDERITAAN, KEMATIAN, DAN PEMBEBASAN



Posted by Gede Prama on 2006-07-05 , http://www.iloveblue.com/
Oleh GEDE PRAMA

ADA seorang sahabat yang menjadi pengamat kelahiran yang cermat. Setelah pergi ke banyak negara, menyaksikan demikian banyak kelahiran manusia ternyata ada yang sama di antara semua kelahiran: bayinya menangis, dan tangisannya hampir sama. Entah itu di Eropa, Amerika, Australia sampai dengan Asia semuanya bermuara pada hal serupa ini. Sehingga menimbulkan pertanyaan, "Apa tanda-tanda kehidupan yang bersembunyi di balik semua ini?"

Tentu sangat terbuka peluang untuk lahirnya berbagai penafsiran dari sini. Dan seorang sahabat ada berbisik, "Kalau bayi lahir menangis adalah tanda-tanda awal dari penderitaan. Mau lahir di keluarga kaya raya, berlimpah cinta sampai dengan yang disebut sempurna, tetap saja manusia tidak bebas dari penderitaan." Paling tidak pasti kena sakit, umur tua dan ditakut-takuti kematian. Dan tangisan yang serupa menunjukkan bahwa ia terjadi di semua tempat dan waktu.

Lebih-lebih di zaman ini. Pada zaman sejumlah hal menyentuh hati terjadi tidak henti-hentinya: bunuh diri, gantung diri, perang, petaka alam dan masih bisa ditambah dengan yang lain. Sehingga mudah sekali membukakan pintu keingintahuan, "Kalau memang isi hidup ini adalah penderitaan, apakah kematian adalah jalan pembebasan?" Kalau kematian adalah jalan pembebasan, bukankah bunuh diri sekaligus gantung diri adalah langkah-langkah pembebasan? Sungguh tidak mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan berat ini.

Sejumlah guru pernah bertutur serius, bahwa penderitaan manusia berakar pada identifikasi berlebihan pada badan dan pikiran. Badan dengan lobang-lobangnya di satu sisi memang menjadi sarana bertumbuh (mulut untuk makan, hidung untuk bernapas, dst), namun di lain sisi ia adalah pembuka jalan bagi penderitaan. Mulut yang nafsunya berlebihan adalah awal berbagai penyakit. Lobang seks di bawah kalau diikuti, semuanya bisa hancur dalam semalam.

Pikiran juga serupa, ia pembantu yang baik, namun penguasa yang amat berbahaya. Sebagai pembantu, pikiran membantu berhitung, mengenali hitam-putih, baik-buruk dst. Namun sebagai penguasa yang sifatnya dualistik (kiri-kanan, sukses-gagal), pikiran juga yang membuat manusia senantiasa berguncang. Tidak puas dengan titik kehidupan, kemudian melompat ke titik ekstrem lain yang bernama kematian. Tidak puas dengan keramaian, melompat ke titik ekstrem lain yang bernama sunyi-sepi. Ada satu hal yang tersisa dari sini: kehidupan yang berguncang!

Sehingga bisa dimaklumi, kalau ada seorang guru yang mengandaikan kehidupan manusia dengan a circle without center. Sebuah lingkaran berputar tanpa titik pusat. Di luar titik pusat, tidak ada hal lain terkecuali guncangan. Habis di atas, di bawah. Habis di kiri, di kanan. Habis kaya, miskin. Setelah bahagia, menderita. Setelah senang, sedih. Guncangan, guncangan dan hanya guncangan. Tentu tidak terlalu mengejutkan menyaksikan kemudian, kalau di negara kaya seperti AS kemudian konsumsi pil tidur tergolong yang paling tinggi. Di keluarga kaya mudah sekali dipicu untuk tergelincir ke dalam pertengkaran dan perceraian. Semakin jauh kaki melangkah dari titik pusat (sebutlah amat kaya), semakin mungkin ia tergelincir ke titik ekstrem lain yang sama jauhnya dari titik pusat.

Dari sini, ada yang bertanya, "Apa dan di mana titik pusat kehidupan?" Sebuah keinginan intelektual sederhana, namun memerlukan sejumlah langkah berat untuk merealisasikannya. Sederhana, karena bisa dijelaskan dengan bahasa sederhana. Berat karena hanya latihan yang tekun yang bisa menghantar manusia ke sana. Ada banyak penjelasan tentang titik tengah. Sekumpulan orang timur (seperti Buddha, Confucius sampai Lao Tze) menyebut titik pusat ada
di jalan tengah (the middle way). Seperti menyetel senar gitar, terlalu kencang putus, terlalu kendor tidak berbunyi. Pengagum cinta, menyebutkan kalau titik tengah ada dalam cinta. Do everything lovingly, demikian saran sederhana namun mendasar. Sebab, apa saja yang dilakukan penuh cinta (dari menyapu, mengepel, menjadi ibu rumah tangga, sampai dengan bekerja) akan otomatis menggiring manusia ke titik pusat.

Ada lagi yang datang dengan penjelasan yang agak rumit. Titik pusat tidak di kepala, tidak juga di hati. Ia ada di pusar. Kepala hanya sumber guncangan. Hati hanya jembatan menuju pusar. Makanya, manusia-manusia yang hidup dengan hati lebih mudah hidup tenang seimbang, karena sedang melalui jembatan menuju pusar. Dan pusar ini juga yang menjadi titik paling menentukan ketika manusia berada dalam kandungan Ibu. Dengan damai, tenang sekaligus seimbang setiap bayi berada di kandungan Ibu. Dan kedamaian terakhir, dibimbing melalui titik pusat yang bernama pusar.

Ada juga penjelasan yang lebih rumit lagi, titik pusat ada di atas dualitas baik-buruk, benar-salah, sukses-gagal, hidup-mati, dst. Seorang guru pernah berbisik: "When you are not concerned with neither life nor death, then you are centered." Tatkala manusia tidak lagi ditarik terlalu kuat baik oleh kehidupan maupun kematian, ia mulai terpusat. Dan Anda pun dipersilakan menambahkan pendekatan lain, atau memilih salah satu pendekatan yang ditawarkan di atas. Yang jelas kata-kata dan logika saja tidak banyak membantu. Hanya ketekunan berlatih dalam keseharian yang banyak membantu. Dan seorang sahabat yang latihannya mengagumkan, serta telah hidup bertahun-tahun di titik pusat pernah menulis buku berjudul No Fear No Death. Bahkan kematian pun berhenti menakut-nakuti ketika manusia terbebas di titik pusat. (SH)

Sekolah Para Monyet (Part I)


http://jay-ideas.blogspot.com/2008/06/sekolah-para-monyet-part-i.html

Dalam beberapa pelatihan wirausaha terakhir yang saya pandu, saya selalu menayangkan sebuah video topeng monyet berdurasi sekitar 20 menit. Bukan hanya yang diperani dengan apik oleh Sarimin, tetapi juga oleh Whiplash, monyet koboi dari Amerika. Dengan tayangan itu, sebenarnya saya hanya ingin mengatakan, "Monyet saja mampu berbisnis dan bisa cari uang sendiri sekaligus membantu tuannya cari makan. Mengapa kita manusia tidak bisa melakukannya ?" Saya hanya ingin menyentuh bagian paling dalam setiap manusia. Nurani. Kalau ada manusia dewasa, sehat dan waras yang masih belum bisa mencari uang sendiri untuk kebutuhannya, pada hakikatnya ia sudah menempatkan dirinya lebih rendah daripada monyet.

Ini memang cara baru, dari perjalanan kehidupan saya, yang terus-menerus mencari cara terbaik dalam mendidik manusia, terutama yang sudah terjebak dan merasa nyaman dalam sebuah jurang profesi yang disebut pengangguran. Saya iri dengan Akademi Pelatihan Monyet di Surat Thani, Thailand. Di Akademi ini, setiap monyet dididik agar bisa memetik kelapa yang diinginkan pemiliknya. Gurunya hanya satu orang. Beliau biasanya disebut khruu (guru) Somporn. Tidak seperti akademi lainnya, khruu Somporn tidak punya gelar akademis setinggi profesor, karena beliau hanya tamatan sekolah dasar. Hebatnya, kalau ada 10 ekor monyet masuk akademi itu, maka 10 monyet itu akan berhasil lulus dengan kualifikasi yang sama, sekalipun tidak pada saat yang bersamaan. Kalau ada 100 monyet yang mengikuti pelatihan, seluruhnya bisa lulus dengan kualifikasi yang sama. Tidak ada monyet yang lebih kompeten dibanding yang lain. Dengan kata lain, angka keberhasilannya nyaris 100 persen. Padahal, khruu Somporn tidak pernah menolak siswa. Tidak pernah memecat siswa. Dengan kesabaran penuh seperti yang diajarkan sang Buddha, ia mendidik para monyet sesuai amanah yang diberikan oleh para pemiliknya.


Saya juga iri dengan keberhasilan para guru yang mendidik calon pemain topeng monyet di Padepokan Prajamusti di Pandeglang. Untuk bisa diterima di sekolah ini, tidak ada kualifikasi kompetensi tertentu bagi calon siswa. Yang ada hanya syarat pembayaran. Asal induk semangnya membayar ongkos pendidikan, monyet pun bisa sekolah. Kalau tidak mati atau kabur, maka sang monyet dijamin bisa lulus dengan kualifikasi yang diinginkan. Di sini, angka keberhasilannya juga mencapai 100 persen. Setelah lulus dan dapat SIM (Surat Izin Manggung), harga monyet-monyet ini meningkat dari lima ratus ribu rupiah menjadi lebih dari tiga juta rupiah.

Ada pertanyaan yang selama bertahun-tahun belum saya temukan jawabannya secara pasti. Bahkan sampai kini, ketika tulisan ini ditulis. Kalaupun ada jawaban, jawaban itu bukan jawaban yang benar-benar tuntas. Pertanyaan itu masih menyisakan ruang untuk perubahan, atau perbaikan. Mengapa mendidik monyet 'lebih mudah' daripada mendidik manusia ? Kalau boleh disebut keberhasilan, kemampuan kami mendidik dan mengentaskan pengangguran di Institut Kemandirian baru sampai level 40 - 70 persen. Bahkan di awal kegiatan beberapa tahun lalu, angka keberhasilan tidak bisa beranjak dari 30 persen. Dan harus kami akui, sampai kini belum pernah mencapai keberhasilan 100 persen.

Menilik dari apa yang dilakukan oleh Akademi Monyet di Surat Thani maupun Padepokan Prajamusti di Pandeglang, ada beberapa pelajaran penting yang sangat mungkin diterapkan pada pendidikan untuk manusia.

Di Surat Thani, para monyet dididik dengan disiplin ketat. Sang guru Somporn, percaya sekali dengan ajaran Sun Tzu, yang menyembelih seekor ayam jago untuk menakut-nakuti monyet. Ketika para monyet mulai bertingkah, beliau menyembelih seekor ayam di hadapan para muridnya. Dan, para monyet pun menghentikan pembangkangannya. Tak perlu menyakiti para monyet. Cukup ditakut-takuti, mereka pun jadi penurut. Hanya karena dua atau tiga kali menyembelih ayam jago .....

Di Padepokan Prajamusti, disiplin diterapkan dalam bentuk berbeda. Bunyi cemeti kerap kali terdengar kalau para pelatih sedang berinteraksi dengan para muridnya. Tapi itu hanya pada awal-awal pelatihan. Selanjutnya, hanya dengan teriakan atau gerakan mengangkat cemeti saja, para monyet sudah mengerti bahwa kelakuan mereka salah.

Menyeberangi Sungai "Guo He"

Suatu hari di dalam kelas sebuah sekolah, di tengah-tengah pelajaran, Pak Guru memberi sebuah pertanyaan kepada murid-muridnya, "Anak-anak, jika suatu hari kita berjalan-jalan di suatu tempat, di depan kita terbentang sebuah sungai kecil, walaupun tidak telalu lebar tetapi airnya sangat keruh sehingga tidak diketahui berapa dalam sungai tersebut. Sedangkan satu-satunya jembatan yang ada untuk menyeberangi sungai, tampak di kejauhan berjarak kira-kira setengah kilometer dari tempat kita berdiri."

"Pertanyaan saya adalah, apa yang akan kalian perbuat untuk menyeberangi sungai tersebut dengan cepat dan selamat? Pikirkan baik-baik, jangan sembarangan menjawab. Jawablah dengan memberi alasan kenapa kalian memilih jalan itu. Tuliskan jawaban kalian di selembar kertas. Kita akan diskusikan setelah ini."

Seisi kelas segera ramai, masing-masing anak memberi jawaban yang beragam. Setelah beberapa saat menunggu murid-murid menjawab di kertas, Pak Guru segera mengumpulkan kertas dan mulailah acara diskusi. Ada sekelompok anak pemberani yang menjawab: kumpulkan tenaga dan keberanian, ambil ancang-ancang dan lompat ke seberang sungai. Ada yang menjawab, kami akan langsung terjun ke sungai dan berenang sampai ke seberang.

Kelompok yang lain menjawab: Kami akan mencari sebatang tongkat panjang untuk membantu menyeberang dengan tenaga lontaran dari tongkat tersebut. Dan ada pula yang menjawab: Saya akan berlari secepatnya ke jembatan dan menyeberangi sungai, walaupun agak lama karena jarak yang cukup jauh, tetapi lari dan menyeberang melalui jembatan adalah yang paling aman.

Setelah mendengar semua jawaban anak-anak, Pak Guru berkata, "Bagus sekali jawaban kalian. Yang menjawab melompat ke seberang, berarti kalian mempunyai semangat berani mencoba. Yang menjawab turun ke air berarti kalian mengutamakan praktik. Yang memakai tongkat berarti kalian pintar memakai unsur dari luar untuk sampai ke tujuan. Sedangkan yang berlari ke jembatan untuk menyeberang berarti kalian lebih mengutamakan keamanan. Bapak senang kalian memiliki alasan atas jawaban itu. Semua jalan yang kalian tempuh adalah positif dan baik selama kalian tahu tujuan yang hendak dicapai. Asalkan kalian mau berusaha dengan keras, tahu target yang hendak dicapai, tidak akan lari gunung di kejar, pasti tujuan kalian akan tercapai. Pesan bapak, mulai dari sekarang dan sampai kapan pun, Kalian harus lebih rajin belajar dan berusaha menghadapi setiap masalah yang muncul agar berhasil sampai ke tempat tujuan."

"Bu Yao Tao Bi Kun Nan"
Jangan melarikan diri dari kesulitan.

Dalam kenyataan hidup, kita semua sebagai manusia selalu mempunyai masalah atau problem yang harus di hadapi, selama kita tidak melarikan diri dari masalah, dan sadar bahwa semua masalah dan rintangan itu harus diatasi, melalui pola pikir dan cara-cara yang positif serta keberanian kita menghadapi semua itu, tentu hasilnya akan maksimal. Hanya dengan action dan belajar, belajar, dan action lagi. Manusia baru bisa mencapai pertumbuhan mental yang sehat dan meraih kesuksesan seperti yang di idam idamkan.

<oleh Andrie Wongso>

IDIOTS ON THE COMPUTER

Jika Anda merasa gaptek soal komputer, jangan kuatir. Bukan Anda saja
yangmerasa demikian. Jim Cartlon, seorang jurnalis Wall Street Journal,
baru-baru ini mengumpulkan keluhan dari para konsumen komputer Amerika.
Dan ternyata keluhan mereka jauh lebih "idiot" daripada yang kita kira.
Berikut petikan keluhan2 konsumen itu :

1. Compaq pernah mempertimbangkan untuk mengubah perintah "Press ANY
Key" menjadi "Press ENTER Key" dikarenakan banyaknya telefon yang
menanyakan letak tombol "ANY" di keyboard.

2. AST Technical Support menerima laporan konsumen karena kesulitan
menggunakan mouse. Saat Techinal Support berkunjung, mereka menemukan
mouse tersebut tidak bisa digunakan... karena masih terbungkus rapi di
dalam plastiknya. Penggunanya (seorang wanita) punya phobia (ketakutan)
pada mouse (tikus) sehingga tidak berani mengeluarkannya dari dalam plastik.

3. Di tahun 1980-an, ketika disket masih berukuran besar, Teknisi Compaq
pernah menerima keluhan seorang konsumen yang disketnya tidak terbaca
oleh drive-disk komputer. Setelah diselidiki, ternyata konsumen itu
sebelumnya memasukkan disket ke dalam mesin tik dan mengetikkan label
yang tertempel di disket itu.

4. Sebuah keluhan lain dari konsumen AST yang mengatakan disket mereka
terkena virus yang sulit dibersihkan. Petugas AST meminta orang itu
mengirimkan kopi disket yang terinfeksi itu untuk dipelajari. Beberapa
hari kemudian, petugas AST menerima foto kopi disket dari konsumen tersebut.

5. Seorang konsumen DELL mengeluhkan kalau dia tidak dapat mengirimkan
fax via komputer. Setelah diarahkan selama 40 menit lewat telepon,
petugas DELL menemukan kalau konsumen itu mencoba mengefax via komputer
dengan cara menempelkan kertas yang akan di fax di depan monitor.

6. Seorang konsumen DELL lain mengeluh karena keyboard yang digunakannya
sudah tidak bisa berfungsi sejak dibersihkan. Ketika ditanya caranya
membersihkan keyboard, dia menjelaskan, "Saya mencuci dan menggosok
semua bagian keyboard dengan sabun, lalu membilasnya dengan air, dan
menjemurnya. "

7. Seorang konsumen DELL marah besar karena tidak bisa menyalakan
komputer yang baru dibelinya. "Semua sudah terpasang dengan baik. Tapi
setiap kali saya tekan pedal kaki , tidak terjadi apa-apa." Setelah
diselidiki ternyata "pedal kaki" yang dimaksud orang itu adalah : mouse.

8. Seorang lagi konsumen DELL marah besar karena komputer barunya tidak
nyala. Dia menjelaskan semua sudah terpasang dengan benar, dan ketika
dia menunggu selama 20 menit, tidak terjadi apa-apa pada komputernya.
Ketika teknisi DELL menanyakan apakah "power switch" sudah dinyalakan,
dia balik bertanya, "Power switch apa?"

9. Berikut adalah tanya-jawab antara petugas Novell NetWire dengan
seorang konsumen :

Penelepon : Hallo, dengan Tech Support?
Novell : Ya, bisa dibantu?
Penelepon : Tatakan gelas di PC saya patah. Apa mungkin saya bisa
menggantinya?
Novell : Tatakan gelas ? Apakah itu hadiah saat Anda membeli komputer?
Penelepon : Tidak. Tatakan gelas ini sudah ada di komputer saya. Dan
ketika saya meletakkan gelas saya di atasnya, tatakan itu patah. Yang
saya ketahui, di bagian depan tatakan itu ada tulisan "CD-ROM, 16X".

(Saat itu juga, petugas Novell langsung mematikan telepon dan tertawa
terpingkal-pingkal. ..)

Smile & Laugh...!!!! ^_^

Lain Dulu, Lain Sekarang

berikut tulisan dari notes Facebook Ustadz Herry Nurdi.

Selamat membaca semoga bermanfaat terutama untuk menggugah kepedulian kita

Sumber: http://www.facebook.com/note.php?note_id=381980371148

Gubernur Jakarta, Ali Sadikin suatu kali pernah mendengar Bung Hatta (Betul, Bung Hatta yang Bapak Proklamator itu) kesulitan membayar tagihan air dan listrik rumahnya. Bung Hatta, yang mantan wakil presiden itu, kesulitan membayar tagihan-tagihannya, dari kebutuhan vital seperti air dan listrik. Ali Sadikin akhirnya membebaskan Bung Hatta dari tagihannya. Kisah lain tentang Mohammad Hatta, dia juga pernah ngantri untuk membayar tagihan listriknya sendiri.

Sampai akhir hayatnya, ada dua keinginan yang tidak pernah kesampaian. Keinginan yang terbilang kecil untuk ukuran wakil presiden seperti Bung Hatta. Mohammad Hatta, ingin sekali memiliki sepatu merk Bally warna hitam. Bahkan sampai tutup usia, Bung Hatta tidak bisa membelinya.

Orang besar lain yang pernah hidup dan memimpin Indonesia adalah Haji Agus Salim. Waktu berpidato dalam konferensi dan diplomasi, Haji Agus Salim mengenakan baju yang sederhana sekali. Bahkan jas yang dipakainya, menyimpan jahitan tambalan di sana-sini. Bekas gantungan paku sering nampak di jasnya yang memang hanya itu. Apalagi soal listrik, Haji Agus Salim pernah hidup tanpa penerangan listrik karena memang tak memiliki uang untuk membayarnya.

George McTurman Kahin juga pernah menuturkan kisah tentang kesederhanaan seorang Mohammad Natsir. Pada tahun 1948, ia pernah berada di Yogyakarta bertemu dengan para pemimpin Indonesia yang saat itu sedang berusaha menyelamatkan negara yang masih sangat muda ini. Satu per satu disalaminya orang-orang yang menyambutnya, sampai ia bertemu dengan seorang laki-laki yang memakai baju setelan sederhana dari bahan yang nampak jelas sangat murah.

Disalaminya lelaki itu, lelaki yang menggunakan pakaian terbaiknya untuk sebuah acara resmi. Dan sesungguhnya pakaian terbaik itu adalah pakaian termurah. Lelaki itu memperkenalkan diri sebagai Mohammad Natsir, Menteri Penerangan Republik Indonesia.

Sementara, pada tahun 2008, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menganggarkan Rp 70 juta untuk laundry pakaian gubernur dan wakil gubernurnya. Biaya pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur, Fauzi Bowo dan Prijanto dianggarkan sebesar Rp 1,4 milyar.

Dari Bekasi, terbetik berita bahwa Bupati Bekasi telah melakukan renovasi pagar rumah yang menelan biaya Rp 1 milyar. Sementara untuk anggaran pakaian dinas setengah tahun sudah dibujetkan sebanyak Rp 405.950.750. Biaya pembuatan baju dinas itu telah disahkan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bekasi dalam rapat paripurna Anggaran Biaya Tambahan (ABT) 2008. Meskipun ada bantahan dari Bupati Sa’dudin bahwa dia yang meminta anggaran itu. Tapi tetap saja, dana sebesar itu untuk pakaian dinas tetap sebuah kemewahan yang harus dinalar ulang. “Kalau dianggap terlalu besar, silakan dikurangi, tapi jangan dibesar-besarkan,” demikian komentar Bupati Sa’dudin yang pernah dilansir oleh Tempo.

Pada tahun 2009, di Kabupaten Takalar, setiap anggota dewan yang jumlahnya tak kurang dari 30 orang, masing-masing diusulkan mendapat jatah lima set pakaian dinas. Dana yang muncul untuk anggaran pakaian dinas ini sampai Rp 292 juta. Rincian jas seragam yang akan diterima anggota dewan terpilih nantinya antara lain, dua pasang pakaian sipil harian (PSH) yang anggarannya mencapai Rp 60 juta. Pakaian sipil lengkap (PSL) Rp75 juta, satu set pakaian sipil resmi (PSR) Rp52,5 juta dan satu set pakaian dinas harian (PDH) Rp45 juta serta serta PIN emas 5 gram seharga 375 ribu per orang.

Tahun 2009 Anggota DPR pernah ribut tentang anggaran pengadaan kendaraan bagi para menteri yang memunculkan angka senilai Rp 63,99 milyar untuk pembelian 79 kendaraan bagi para pembantu presiden. Ditambah lagi Menteri Keuangan Sri Mulyani pada 19 Oktober 2009 pernah mengajukan anggaran senilai Rp 62,805 milyar untuk pajak mobil para menteri, sehingga total dana yang diperlukan menjadi.

Padahal, sami mawon, tak banyak berbeda. Para anggota dewan sendiri kalau soal anggaran pribadi juga tak mau rugi. DPRD Sumsel menganggarkan sekitar Rp 1,3 milyar pada tahun 2010 untuk membuat baju dinas bagi anggota dewan periode 2009-2014. Sebanyak 350 stel pakaian dinas senilai Rp 950 juta disiapkan bagi 75 orang anggota dewan dan 75 stel pakaian adat untuk setiap anggota dewan akan dibuat.

Di Aceh, fasilitas rumah dinas yang bisa dinikmati anggota DPR Aceh adalah rumah tipe 150 dengan nilai fisiknya mencapai Rp 551 juta. Tiga orang wakil ketua dan sekretaris dewan akan tinggal di rumah tipe 300 seharga Rp 669 juta. Dari 69 unit rumah, 54 diantaranya kini sudah selesai dibangun di Desa Meunasah Papeun, Krueng Barona Jaya, Aceh Besar. Rumah-rumah ini juga dilengkapi Air Conditioner (AC) merek LG, per unitnya seharga Rp 3,5 juta lebih - masing-masing rumah terpasang tiga unit. Kemudian TV LG seharga Rp 4,5 juta per unit. Dilengkapi pula sofa, meja makan, spring bed dan double bed, kulkas dua pintu, dispenser, rak piring, lemari pakaian, jaringan air ledeng hingga jasa cleaning service. Untuk memastikan komplek DPR Aceh tetap terang, telah disediakan mesin diesel genset 900 KVA yang dibeli seharga Rp 3,2 miliar. Kijang Inova siap menjadi tunggangan. Tiga orang Wakil Ketua menunggangi Toyota Fortuner. Sementara ketua dewan, akan diantar jemput
dengan Toyota Camry. Sebanyak 276 stel – per stelnya seharga 2,7 juta - pakaian dinas disediakan untuk para wakil rakyat.

Bagaimana dengan cerita di DPR RI? KPU menganggarkan dana sekitar Rp 11 miliar untuk pelaksanaan kegiatan pelantikan anggota DPR dan DPD terpilih pada 1 Oktober 2009 lalu. Menurut Sekjen DPR Suripto, anggaran tersebut di antaranya untuk membiayai penginapan, transportasi pulang dan pergi ke Jakarta, uang saku, perlengkapan seperti tas, dan seragam bagi panitia. Dana sebesar itu, paling besar diserap untuk transportasi, hotel dan uang saku. Kata, itulah yang diamanahkan Undang-undang No 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Legislatif.

Sebesar Rp 2,87 miliar peruntukan biaya akomodasi, konsumsi, dan hotel, pengadaan tas Rp 115,5 juta, penyediaan jasa kendaraan bus AC dan ambulans Rp 251,9 juta, penyediaan jasa, jaket, baju batik, dan hem Rp 149,9 juta, serta uang saku Rp 2 juta per orang.

Tentang Hatta, Agus Salim dan Natsir, itu hanya cerita masa lalu, barangkali dongeng, yang gagah untuk diceritakan ulang, tapi tak mungkin dijadikan panutan. Kehidupan sederhana mereka, hanya ada dalam buku sejarah, bahkan jika mungkin akan dihapus agar tidak ada jejak untuk rujukan hidup sederhana. Semua kemewahan yang dinikmati para anggota dewan dari daerah sampai pusat itu, sama sekali bukan uang haram, tapi diamanahkan undang-undang. Bahkan bujet dan anggaran untuk bupati, menteri dan presiden, diputuskan melalui sidang-sidang terhormat yang mewakili rakyat. Hebat kan!

SEPI SUNYI YANG MENERANGI

Posted by Gede Prama on 2007-03-21 , http://www.iloveblue.com/ Ketika seorang guru ditanya evolusi jiwa manusia ratusan tahun terakhir, dengan diam sebentar, menatap mata lalu menjawab, "dari gelap ke gelap".Dari ketidakpuasan satu ke ketidakpuasan lain. Dari konflik satu ke konflik lain. Melihat kehidupan bergerak begini, sejumlah orang desa yang polos bertanya, mengapa kemajuan iptek harus seperti ini? Maafkanlah keluguan. Andaikan keluguan ini dijawab dengan data, angka, logika, mungkin sinyalemen "dari gelap ke gelap" akan tambah panjang. Angka dilawan angka. Logika mengundang serangan balik logika.

Karena demikian keadaannya, izinkan sekali-sekali bukan angka, bukan logika yang bicara, tetapi sepi sunyi. Tidak dalam posisi menyebut sepi benar, yang berbeda salah. Sekali lagi tidak. Serupa dengan mulut manusia, gigi wujudnya keras karena tugasnya memotong dan menghancurkan. Lidah bentuknya lembut karena panggilan hidupnya bukan untuk menghancurkan, tetapi merasakan.
Keduanya punya tugas lain. Dengan spirit seperti inilah, sepi sunyi dalam tulisan ini mohon izin bicara.

Sejak dulu, pencinta sepi selalu tidak banyak. 0rang yang bertapa di kesunyian selalu lebih sedikit dibanding mereka yang mencari di keramaian.
Keduanya bertumbuh. 0rang-orang keramaian menyukai bertumbuh ke luar (dengan ukuran kekaguman pujian orang), sedangkan pencinta kesunyian menyukai bertumbuh ke dalam. Kekaguman dan pujian orang dihindari karena penuh godaan ego.

Melihat bulan dengan lampu

Satu contoh yang amat menerangi di jalan sunyi adalah pertapa suci Ramana Maharshi. Sampai umur 16 tahun tidak ada tanda ia akan jadi pertapa. Begitu berkenalan dengan perjalanan ke dalam diri, tiba-tiba badannya panas. Ini membuatnya lari ke Bukit Arunachala. Lebih dari sekadar panasnya menghilang, ia menikmati kesunyian di tempat ini. Bahkan selama puluhan tahun menghabiskan hidup yang sepenuhnya diam.

Saat mengakhiri diamnya, Ramana menjawab pertanyaan orang secara mengagumkan hanya dengan segelintir kata. Dari situ didirikan ashram oleh banyak pengikutnya di sekitar tempat ia bertapa. Tiap kali ditanya siapa gurunya, ia menggeleng sambil bergumam, "The ultimate consciousness is the only teacher" (Kesadaran yang mahautama itulah gurunya).

Serupa dengan ini, di sejumlah perenungan dengan judul agama yang berbeda-beda, banyak murid diminta diam. Awalnya percakapan ke luar menghilang, diganti percakapan ke dalam. Akhirnya percakapan ke dalam pun menghilang. Dan yang tersisa hanya satu, yakni kesadaran. 0rang-orang yang sudah disinari cahaya kesadaran, akan bergumam, untuk melihat bulan tidak memerlukan lampu!

Kata-kata, logika, angka mirip lampu luar. Manusia membutuhkan saat gelap.
Namun, dalam terang cahaya kesadaran, manusia tidak memerlukan lampu luar.
Salah satu founding father kehidupan spiritual Bali (Dang Hyang Dwijendra) menulis Kakawin Dharma Sunya. Ia bertutur, jika batin yang tenang-seimbang adalah sumber keindahan. Bila sumber keindahan sudah di dalam, masihkah manusia memerlukan lampu penerang dari luar? Dalam bahasa provokatif seorang guru, "When you still have some one who can make you happy or sad, you are not a master, you are a slave!" (Jika sumber kebahagiaan/kesedihan masih dari luar, itu tandanya seseorang belum menjadi master, masih jadi budak).

Apresiasi akan sepi memang bukan monopoli Bali. Lama Surya Das (Awakening the Buddha Within) pernah menulis bahwa puncak perjalanan menemukan perkataan yang benar adalah hening. Eckhart Tolle (Stillness Speaks) juga serupa, "wisdom comes with the ability to be still. Just look and just listen... let stillness direct your words and actions" (Kearifan datang dari keheningan. Lihat dan dengar saja... biar keheningan yang menjadi pembimbing). Thomas Merton (Thoughts in Solitude) menambahkan, "My knowledge of myself in silence... opens out into the silence... of God" (Pengetahuan diri dalam keheningan membuka rangkaian keheningan yang berujung pada Tuhan).

J Krishnamurti (The Light in Oneself) menyarankan, meditation is absolute silence of the mind (meditasi adalah keadaan batin yang sepenuhnya hening).
Dainin Katagiri (Returning to Silence) menulis, Shakyamuni is some one who practice tranquil silence (Siapa saja yang mempraktikkan kesempurnaan keheningan, ia menjadi Buddha). Murid-murid Zen yang perjalanannya suka menekuni latihan silent illumination. Penyair sufi Rumi bertumbuh jauh dalam sepi. Perhatikan salah satu syairnya (The Rumi Collections): when you know your own definition, flee from it, that you may attain to the 0ne who cannot be defined (Saat Anda dipagari kata-kata, cepat-cepatlah menjauh. Ia menghalangi mencapai yang Satu yang tidak terucapkan).

Dengan cerita ini, terlihat banyak manusia yang terterangi rapi oleh sepi sunyi. Ia melewati banyak sekat tradisi. Dari Sufi, Nasrani, Buddha, sampai Hindu. Jenis manusia-manusia ini memiliki pola pertumbuhan serupa. Logika dan kata-kata ibarat kulit dan batok kelapa. Di awal manusia membutuhkan.
Namun, begitu dikupas dan dibuka, kelapa dimakan, airnya diminum, kulit dan batoknya dibuang.

Mikhail Naimy (The Book of Mirdad) lebih terang lagi. Kata, logika serupa tongkat, berguna bagi mereka yang kakinya bermasalah. Bagi jiwa yang kakinya sehat, tongkat hanya beban. Lebih-lebih jiwa yang bisa terbang, tongkat adalah beban berat.

Selamat hari raya Nyepi dan Selamat Tahun Baru Saka 1929.

Gede Prama Penulis Sejumlah Buku, Tinggal di Desa Tajun, Bali Utara

MENSYUKURI NERAKA



Posted by Gede Prama on 2008-04-03 , http://www.iloveblue.com/

Entah kapan dimulai, dan siapa yang memulainya tidaklah terlalu jelas. Yang jelas, ada banyak sekali manusia yang amat rindu akan surga dan amat takut sama neraka. Dari anak kecil sampai orang tua, dari orang desa sampai orang kota, kebanyakan rindu surga dan takut neraka.

Jujur harus diakui, sayapun pernah lama dilanda kerinduan dan ketakutan semacam itu. Cuman, setelah menelusuri lorong-lorong kehidupan dengan kedalaman kontemplasi tertentu, rupanya kita manusia sudah terlalu lama manja dengan buaian surga, dan dibuat takut oleh ancaman neraka. Untuk kemudian kehilangan dua kesempatan emas dalam hidup. Kesempatan emas pertama, manusia kehilangan kekuatan amat besar yang bernama keikhlasan. Kesempatan emas kedua, justru melalui tempaan-tempaan neraka yang ditakuti (baca : masalah) kemudian manusia jadi kuat dan hebat.

Konsepsi surga-neraka, sebagaimana kita tahu, memang memiliki banyak sekali manfaat. Cuman, sebagaimana wajah dualitas manapun, konsepsi surga-neraka membuat tidak sedikit manusia kemudian "berdagang" dengan kehidupan. Sebagai akibatnya, manusia kehilangan keikhlasan sebagai kekuatan kehidupan.

Ada cerita tentang sebuah desa yang tidak berhasil memotong pohon besar mengganggu. Karena berbagai peralatan tidak berhasil membuat pohon tumbang, dicurigai pohon ini ditunggui mahluk dengan kekuatan metafisik tertentu. Dicarilah orang "pintar" yang bisa membantu. Ternyata, ada orang berpenampilan sederhana yang bisa memotong pohon tadi dengan gergaji biasa. Orang terakhir hanya memotong pohon tadi dengan kalimat permulaan yang berbunyi : "dengan keikhlasan di depan Tuhan, tidak ada yang tidak bisa dilakukan".

Ternyata kinerja orang sederhana ini terdengar ke banyak tempat. Di samping karena kekaguman masyarakat, juga kerena hadiah besar yang telah diterimanya. Di desa seberang yang memiliki problema yang serupa kemudian memanggilnya. Dan setelah memotong pohon dengan teknik dan alat yang sama, ternyata berkali-kali hanya berujung kegagalan. Ada yang berubah, katanya setelah berulang kali gagal, hadiah rupanya melenyapkan keikhlasan!

Ini memang hanya sebuah cerita, namun layak direnungkan kalau keikhlasan bukanlah sumber kelemahan. Ia sejenis tenaga dalam yang bisa membuat manusia jadi demikian perkasa. Terinspirasi dari banyak cerita-cerita sufi, demikian juga dari puisi-puisi Gibran dan Rumi, serta kualitas pemimpin-pemimpin yang masih berkuasa ketika badannya sudah disebut meninggal oleh dokter, keikhlasan sudah menjadi tema kehidupan yang kuat sejak dulu.


Kesempatan emas kedua yang dibuat lenyap oleh konsepsi surga-neraka, adalah kekuatan-kekuatan yang bisa dihadirkan oleh keseharian yang penuh dengan "neraka". Masalah, godaan, tantangan, persoalan adalah rangkaian hal yang ditakuti banyak manusia sebagaimana mereka menakuti neraka. Semakin sedikit wajah neraka seperti ini yang hadir, semakin baik bagi para pengagum surga.

Ternyata kehidupan bertutur dan bercerita lain. Sebagaimana pernah dituturkan secara apik oleh M. Scott Peck dalam The Road Less Travelled, mereka-mereka yang menakuti neraka ternyata tumbuh jadi manusia lemah dan lembek. Sebagian bahkan terkena penyakit kejiwaan yang menyedihkan. Di bagian awal buku inspiratif ini Scott Peck menulis : ?This tendency to avoid problems and emotional suffering inherent in them is the primary basis of all human mental illness?. Kecenderungan untuk lari dari masalah dan penderitaan adalah fundamen utama dari kondisi mental yang tidak terlalu sehat.

Bercermin dari sini, neraka tidaklah seburuk bayangan banyak orang. Dalam lapisan-lapisan kejernihan yang lebih dalam, neraka adalah tempat pemurnian. Sebuah tempat di mana sampah-sampah kehidupan diolah menjadi pupuk-pupuk berguna. Sebutlah masalah keseharian seperti dimarahin atasan. Sesaat memang membuat yang bersangkutan kesal, tetapi kemarahan atasan sedang membuatnya jadi kuat. Atau memiliki isteri yang cerewetnya minta ampun, ia memang sengaja hadir untuk membuat sang suami jadi sabar. Demikian juga dengan masalah lain.

Yang jelas, lari dari persoalan memang enak sebentar, tetapi ia membawa dampak jangka panjang yang negatif. Meminjam argumen Scott Peck dalam karya di atas, kesukaan untuk lari dari masalah dan tanggung jawab adalah ciri utama dari manusia-manusia yang terkena penyakit character disorder. Lebih dari sekadar terkena penyakit kejiwaan tadi, tantangan dan masalah sebenarnya serupa dengan tangga-tangga kedewasaan dan kematangan. Semakin tinggi dan besar masalahnya, itu berarti kaki sang hidup sedang melangkah di tempat yang juga tinggi.

Surga (baca : kebahagiaan) memang udara kehidupan yang indah dan segar, tetapi ia terasa jauh lebih indah dan segar jika seseorang pernah melalui tangga-tangga neraka. Serupa dengan lingkaran Yin-Yang yang di belah dua, awalnya memang ada beda jelas dan tegas antara surga dan neraka. Surga itu berisi senyuman, neraka berisi tangisan. Namun, di tingkatan-tingkatan kejernihan, sekat dan pemisah tadi sudah tidak ada. Suka-duka, tangisan-senyuman, sukses-gagal hanyalah aliran kehidupan yang datang dengan peran masing-masing. Persis seperti siang yang berganti malam dan juga sebaliknya, setiap pergantian berjalan tenang dan tenteram. Dan jangan lupa, kualitas hidup di dalam diri seperti ini hanya bisa dicapai oleh manusia yang mendalami hakekat syukur akan adanya neraka.*****